Kenali Dirimu, Butuh Refreshing Atau Healing?
Setiap manusia pasti
memiliki porsi ujiannya. Baik yang kaya ataupun miskin, semua sudah Allah
tentukan takaran ujian itu sesuai dengan kadarnya. Kalau kata Ustadz syafiq,
kehidupan dunia itu memang tempatnya ujian. Tidak ada satu orangpun yang bisa
luput darinya. Selagi manusia itu bernafas, ujian itu akan terus berdatangan
secara bergantian. Sampai kata Allah jatah hidup kita di dunia selesai. Tapi
terkadang sebagai manusia, kita merasa bahwa ujian yang kita terima itu begitu
amat besar. Sehingga tak jarang hal itu melemahkan diri kita sendiri. Padahal
Allah sudah memberi jalan keluar. Cuma kok kayaknya buntu gitu ya. Mungkin
karena kita masih kurang rasa sabarnya. Allah memberi kita ujian, sebenarnya
itu ada maksud dan tujuannya. Apa itu? Agar kita belajar. Belajar apa? Belajar
ilmu sabar. Belajar ilmu ikhlas. Itu yang Bu Erlik katakan dalam sebuah
event self healing kemarin.
MasyaAllah, nikmat Allah
yang mana lagikah yang engkau dustakan? Manakala Allah mempertemukanmu dengan
Jee Luvina dan Bu Erlik. Walaupun pertemuan itu hanya secara online. Dan
pertemuan dengan Bu Erlik adalah perdana bagi saya. Namun semangatnya, love love
banget deh! Ada cinta Allah bersemayam disana. Tiba-tiba saja aura positif itu
merajalela, semakin memperlihatkan akar-akarnya, jika sebenarnya masalah
ataupun ujian itu pasti bisa kita atasi dengan potensi yang kita miliki. Allah
memberi kita ujian, karena Allah tahu bahwa hanya kita yang mampu menjalaninya.
Makanya Allah itu pilih kita, untuk menjadi bagian yang istimewa menurut
pandangan-Nya. Yakinlah, tak akan ada yang sia-sia. Sebab besar kecilnya pahala
kesabaran itu, sebanding lurus dengan seberapa besarnya ujian yang kita
hadapi.
Akan tetapi, bagaimana
jika ujian itu semakin meledak-ledak ke dalam tubuh kita? Membuat tubuh menjadi
lemah, sakit, bahkan yang lebih parah menjadi tak tahu arah, depresi dan putus
asa. Summa na'udzubillah. Semoga Allah senantiasa menolong hati-hati kita yang
meresah dan merasa lelah ya, aamiin. Peluk sayang untuk diri kita semua. Refreshing
dulu ah, kemudian baru healing. Itulah dua kata yang kerap dibutuhkan kita
sebagai manusia. Ya, refreshing dan healing. Apa sih maksudnya? Yuk kita lihat.
Biar kita tahu, apa sih sebenarnya yang sedang dibutuhkan oleh diri kita.
Yang pertama; refreshing.
Tujuannya untuk menghilangkan kepenatan dari teriknya aktivitas dunia. Kalau
saya boleh bilang, bahasa kerennya itu nge-refresh otak, biar kita gak oleng
kejauhan. Apalagi sebagai ibu rumah tangga, yang katanya 24 jam aktivitasnya
itu di sumur, di kasur, dan di dapur. Tanpa ada cuti dan jam istirahat di
dalamnya. MasyaAllah, luar biasa bangetkan? Kalian semua itu bunda-bunda hebat.
Kalau saya sih, biasanya cukup nongkrong di coffe shop atau sejenisnya 15 menit saja, menikmati
segelas capuccino sambil melihat orang lalu lalang. Atau lari ke pantai, sekedar menikmati ombak dan menunggu senja merahnya. Pokoknya lihat banyak orang. Tapi ingat waktu
ya. Dengan begitu, rasanya otak sudah cukup untuk dikembalikan ke pusaranya.
Sebab sebagai Ibu Rumah Tangga, terkadang diri kita itu butuh me time kan? Sekedar
untuk mengistirahatkan tubuh dan otak yang lelah karena aktivitas seharian yang
itu-itu aja, biar gak kebablasan ke negatif nantinya. Untuk melakukan refreshing gak
harus pake biaya yang mahal sih sebenarnya. Banyak hal-hal sederhana yang bisa
kita lakukan kok. Intinya refreshing itu berguna menyegarkan pikiran dan tubuh, untuk membantu menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Udah bisa dipahami ya, apa itu refreshing.
Yang kedua adalah healing.
Nah, hal ini yang biasanya sering kali salah kita pahami. Sehingga kalau kita jalan-jalan sering kali bilangnya healing tipis-tipis. Padahal kondisi batin dan psikologis kita tuh sehat. Kalian tahu gak sih, kalau healing itu sebenarnya berkaitan dengan batin, psikologis atau kondisi kejiwaan kita. Yang
kadang bisa bikin depresi dan putus asa. Bisa juga menjadikan diri kita,
seorang yang minderan dan menutup diri dari pergaulan yang ada. Kebayangkan,
yang tadinya kita adalah seorang yang open minded tiba-tiba berubah menjadi
close minded. Karena kondisi batin yang sakit. Beberapa tahun yang lalu, itu yang saya
rasakan. Setelah resign dari pekerjaan, yang kemudian satu persatu ujian mulai menyerang tanpa
alasan. Ah, gak perlu ya saya ceritakan secara panjang. Apalagi kalau ditambah sehari-hari terkadang ketemu sama lingkungan yang toxic. Aduh, pengen langsung nangis deh. Gak mudah
memang. Tapi yakinlah, kasih sayang Allah itu melebihi rahmatnya. Lantas bagaimana kita menyikapinya? Cukup kita
mencintai diri kita sendiri, menyayangi diri kita sendiri, dan bahagiakan diri
kita sendiri. Sebab kalau diri kita sendiri saja belum bahagia, bagaimana kita
bisa membahagiakan orang lain. Bahagia itu ada pada hati yang bisa menerima dengan penuh syukur, atas apapun yang Allah berikan. Kalau kata Bu Erlik, selesaikan dulu diri kita.
Kenali dulu, siapa diri kita. Istilah kerennya
sih self bonding ya.
Kalau kita sudah bisa
men-self bonding diri kita, maka kita bisa menemukan apa sih yang diinginkan
diri kita, bagaimana sih menyelesaikannya, sehingga diri kita bisa merasakan
bahwa happy itu ada. Begitu juga yang dikatakan oleh Jee Luvina. Perasaan negatif
dalam tubuh kita itu perlu dikeluarkan semuanya, agar tidak menjadi sampah yang
bisa membusuk di dalam tubuh. Dengan cara apa? Ya menulis. Karena dengan
menulis, kita bisa berbicara dan berinteraksi dengan diri kita. Dan hal itu
merupakan cara yang efektif. Sebab menulis bisa menjadi sarana, untuk terapi
penyembuhan bagi jiwa kita. Kita pernah dengarkan istilah "self
healing with writing atau writing is healing". Nah, itu
benar adanya. Dan ada banyak orang yang telah membuktikannya. MasyaAllah hebat
ya, padahal hanya beberapa jam saja mengikuti event mereka, tapi sudah memberi
aura positif bagi kita para wanita.
Lantas bagaimana, jika
kenyataan itu ternyata tidak berjalan sesuai harapan yang ada? Plan kita sih
maunya A, ternyata Allah menjadikan plan itu C ditambah dengan tingkat
kesulitan yang lebih rumit. Ketahuilah, bahwa Allah itu selalu memberi apa yang
kita butuhkan bukan yang kita harapkan. Allah lebih tahu, apa yang terbaik
untuk hamba-Nya, terlebih untuk kedewasaan imannya. Walaupun hasil di luar
ekspektasi yang ada. Coba cek deh ke dalam masing-masing diri kita, bagaimana
kualitas ibadah dan tingkat ketaqwaan kita, setelah adanya masalah atau ujian
tersebut. Kalau hal itu membuat keimanan kita semakin membaik, maka ucapkanlah
selamat kepada diri kita. Karena Allah ternyata begitu sayang kepada kita.
Allah ingin kita selalu hadir untuk mengiba kepada-Nya. Allah ingin kita selalu
mendekat dan melekat pada cinta-Nya.
Yuk, sebentar saja kita
self talk diri kita. Sejenak pejamkan mata, tarik nafas perlahan, ucapkan
istighfar dengan penuh kekhusyu'an. Kemudian katakan pada diri kita "Wahai
diri, aku mencintaimu, aku menyayangimu. Aku pribadi yang kuat, aku pribadi yang
bahagia, karena Allah selalu bersamaku". Seperti itulah, yang setiap hari
saya lakukan ketika hendak beranjak dari tempat tidur. Mengafirmasi dan
mengapresiasi diri sendiri. Karena perkataan itu adalah doa kan? Sebab dengan
demikian, berarti diri kita mulai belajar memahami bahwa setiap ujian ini
adalah salah satu kasih sayang dari-Nya. Untuk kita bisa lebih mencintai diri
kita sendiri, dan tidak lagi berharap dan bergantung pada manusia. Karna yang
hidup di dunia semua akan mati, dan hanya Allah yang abadi.
Selain memahami bahwa
ujian adalah sebagai kasih sayang-Nya, ujian itu juga sebagai amanah,
keberadaannya bisa mengangkat dosa-dosa kita. Bahkan yang lebih hebat lagi,
ternyata ujian itu bisa membentuk kecerdasan interpersonal bagi diri kita. Coba
kita lihat di luaran sana, berapa banyak orang-orang sukses, yang jalannya
diawali dengan ujian-ujian berat yang bertubi-tubi. Saya ambil contoh saja,
seperti seorang Jee Luvina. Gak mudah bagi dirinya, untuk bisa sampai menjadi
Jee Luvina yang sekarang. Ada banyak perang batin yang harus dia hadapi
sebelumnya. Dan itu bukan setahun dua tahun. Kita juga bisa lihat seorang ulama
kita Ibnu Taimiyyah. Bagaimana Beliau dua belas kali dipenjara selama masa
hidupnya. Namun Beliau tercatat banyak sekali menulis kitab-kitab risalah yang
ringkas dan kecil, justru di masa ujian itu ada. Intinya, ketika kita
dihadapkan ujian yang besar oleh Allah, cobalah kita melihat ke arah
positifnya. Agar kita selalu tetap bisa bersyukur.
Oke, kita kembali ke
laptop ya? Hehee.. Nah, kalau diri kita sudah bisa memahaminya, selanjutnya
adalah mau gak mau ya kita harus belajar menerima. Menerima bahwa ujian itu
adalah bagian dari takdir kita dari-Nya. Dalam bentuk apapun yang Allah kasih,
anggap itu nikmat tak terkira. Sebab mau kita mengelak atau menghindar ke ujung
dunia sekalipun, tidak akan bisa lari dari ketetapan takdir-Nya. Bangun mindset
bahwa ada pahala sabar yang sangat besar di dalamnya, yang bisa kita dapat
diujung sana. Yaitu surga. Bayangkan saja betapa indahnya surga, dan kita
adalah pribadi-pribadi yang berhak untuk mendapatkannya. Dan itu mampu
menaikkan derajat kita sebagai manusia, menjadikan diri kita menjadi pribadi
yang baru. Sebab sepanjang kita hidup di dunia, maka ujian itu akan terus
menerus menyapa. Jadi bagaimana? Kalau saya healingnya ya disini, di blog ini.
Saya menulis apa saja yang terbesit di otak saya. Anggap saja blog ini adalah
catatan otak saya, atas ide-ide yang bermunculan secara tiba-tiba.
Percayalah, gold
point dari ujian yang Allah berikan itu adalah kita jadi bisa lebih memahami
apa arti hidup kita. Kita bisa mendapatkan penerimaan yang baik di hadapan
Allah Swt dan orang-orang yang sayang kepada kita. Allah juga akan menuntun kita
kepada hati yang lembut, sehingga kita mudah memaafkan diri sendiri, juga
orang-orang yang mungkin toxic di sekitar kita. Kabar baiknya lagi, Allah
perlahan membuka harapan baru untuk diri kita, serta mengumpulkan kita ke dalam
orang-orang yang bertaqwa. Secara garis besarnya, akan tumbuh dalam tubuh kita
sebuah understanding, acceptanced, forgive, hope, dan
taqwa.
Kalau boleh saya buat
alurnya, maka seperti inilah gold point dari ujian yang kerap menyapa manusia.
Itu kalau kita bisa sabar dan ikhlas ya, ridho dengan apa yang diberikan-Nya,
agar Allah juga ridho kepada kita.
Pemahaman➡️penerimaan➡️memaafkan➡️harapan➡️takwa
Wow, luar biasa kan ya?
Maksud Allah memberikan ujian kepada hamba-Nya. Yuk semangat yuk! Don't
give up dears, remember writing is self healing. Sebab diri kita
adalah istimewa. Dan sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat ya. Jadikan
ujian kita itu menjadi sebuah inspirasi untuk banyak orang. Dan tulisanmu bisa
menjadi penolong banyak orang. I love you buat kalian, buat siapapun yang sudah
membaca tulisan ini. Salam ukhuwah dari saya. Yang juga masih banyak belajar,
di atas tapak ujian yang Allah berikan. Akhir kata dari tulisan ini,
“Dan boleh jadi kamu membenci sesuatu tetapi ia baik bagimu, dan boleh jadi
kamu menyukai sesuatu tetapi ia buruk bagimu, dan Allah mengetahui dan kamu
tidak mengetahui.” (Al Baqarah: 216)
Dan ingatlah,“Allah
tidak membebani seseorang itu melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” (Al
Baqarah: 286)
barokallah, ditunggu lanjutan tulisannya kak. Bagus, dapat ilmu baru dari sini.
BalasHapusMaasyaAllah, semoga bermanfaat
Hapusself reminder! terima kasih mbak Evi, tulisannya bikin semangat
BalasHapusTerimakasih kembali
HapusBu perbanyak tulisan2 spt ini, yang bikin hati menyala dan menyadari kalo Tuhan itu ternyata sangat sayang dengan saya. ibu saya baru meninggal Bu, rasanya hidup berat tanpa dia.
BalasHapusTurut berduka cita untuk ibunya, perbanyak doa ya.. hidup terus berjalan, gak boleh terus meratap dlm kesedihan. Tetap semangat!
Hapuslagi butuh nasehat bu, pengen curhat. bolehkan? tapi bukan masalah kuliah.
HapusBoleh
Hapuskeisha kirim email ya bu? terima kasih bu, sehat dan happy selalu. aamiin.
HapusSama-sama, aamiin yaa rabbal alamiin
Hapusini kak Evi yg dulu kuliah di UbL bukan sih? tulisannya bagus, menyentuh hati
BalasHapusIya betul, barokallah. Terimakasih kasih.
Hapusaamiin, sama2 kak
Hapus